Stunting merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia. Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi yang dilakukan Kementerian Kesehatan tahun 2017 menunjukkan bahwa prevalensi balita stunting di Indonesia sebesar 26.9 %. Sedangkan secara global, Indonesia berada di urutan kelima jumlah balita stunting terbanyak di dunia. Sayangnya, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang stunting dan dampaknya.
Stunting atau tumbuh pendek adalah istilah yang digunakan untuk anak balita yang mengalami gagal tumbuh yang disebabkan kurangnya asupan gizi sejak dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun. Anak yang mengalami stan terlihat lebih pendek dari anak-anak lain seusianya. Kondisi ini biasanya baru akan terlihat saat anak berusia dua tahun. Biasanya orang tua dan masyarakat umum menganggap bahwa anak yang bertubuh pendek adalah wajar karena faktor keturunan.
Masalah stunting tak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik anak tetapi juga berdampak pada perkembangan otak, kerentanan terhadap penyakit, serta mempengaruhi kemajuan negara.
Bagaimana mencegah stunting?
Anak yang telah mengalami stunting ketika memasuki usia 2 tahun tidak dapat lagi ditangani. Oleh karena itu pencegahan stunting perlu dilakukan sejak awal yaitu mulai dari 1000 hari pertama kehidupan.
Anak yang telah mengalami stunting ketika memasuki usia 2 tahun tidak dapat lagi ditangani. Oleh karena itu pencegahan stunting perlu dilakukan sejak awal yaitu mulai dari 1000 hari pertama kehidupan.
Periode 1000 hari pertama kehidupan dimulai sejak masa kehamilan (270 hari) hingga anak lahir dan berusia 2 tahun (730 hari). Pada periode ini organ-organ tubuh seperti otak dan jantung berkembang sangat pesat. Ada 3 hal yang perlu diperhatikan selama periode ini yaitu asupan gizi, pola asuh, dan sanitasi.
Perbaikan pola makan
Salah satu faktor langsung penyebab Stunting adalah kurangnya asupan gizi ibu selama hamil. Umumnya pola makan masyarakat adalah pola makan asal kenyang tanpa memperhatikan keragaman makanan dan kecukupan gizi.
Salah satu faktor langsung penyebab Stunting adalah kurangnya asupan gizi ibu selama hamil. Umumnya pola makan masyarakat adalah pola makan asal kenyang tanpa memperhatikan keragaman makanan dan kecukupan gizi.
Penuhi kebutuhan energi
Kebutuhan gizi ibu hamil (bumil), ibu menyusui (busui), dan wanita tidak hamil berbeda.
Kebutuhan energi ibu hamil
Saat trimester I, kebutuhan energi bumil bertambah 180 kkal. Ketika masuk trimester 2 dan trimester 3 kebutuhan energi bertambah 300 kkal.
Kebutuhan energi ibu menyusui
Saat menyusui pun kebutuhan energi busui meningkat. Di 6 bulan pertama kebutuhan energi busui bertambah 330 kkal sedangkan saat menyusui di 6 bulan kedua kebutuhan energi bertambah 400 kkal.
Kebutuhan gizi ibu hamil (bumil), ibu menyusui (busui), dan wanita tidak hamil berbeda.
Kebutuhan energi ibu hamil
Saat trimester I, kebutuhan energi bumil bertambah 180 kkal. Ketika masuk trimester 2 dan trimester 3 kebutuhan energi bertambah 300 kkal.
Kebutuhan energi ibu menyusui
Saat menyusui pun kebutuhan energi busui meningkat. Di 6 bulan pertama kebutuhan energi busui bertambah 330 kkal sedangkan saat menyusui di 6 bulan kedua kebutuhan energi bertambah 400 kkal.
Makan makanan bergizi dan seimbang
Selain memperhatikan kebutuhan energi, bumil dan busui juga perlu memperhatikan keragaman dan keseimbangan gizi makanan yang dikonsumsi. Makanan yg bergizi seimbang adalah makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Selain memperhatikan kebutuhan energi, bumil dan busui juga perlu memperhatikan keragaman dan keseimbangan gizi makanan yang dikonsumsi. Makanan yg bergizi seimbang adalah makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Dahulu kita mengenal konsumsi makanan "4 sehat 5 sempurna". Kini, slogan tersebut diganti dengan "Isi Piringku" yang menggambarkan porsi makan dalam 1 piring terdiri dari 50 persen piring buah-buahan dan sayuran, 50 persen berikutnya sepertiganya untuk lauk yaitu sumber protein, dua per tiganya yaitu sumber karbohidrat.
Penambahan asam folat dan tablet tambah darah
Ibu hamil rentan mengalami anemia yaitu kekurangan sel darah merah dalam tubuh. Hal ini disebabkan meningkatnya kebutuhan zat besi dalam tubuh saat hamil. Selain kekurangan zat besi, anemia juga dapat disebabkan karena kekurangan asam folat (vitamin B12). Asam folat berperan dalam pembentukan sel darah merah, perkembangan tabung saraf dan otak janin.
Ibu hamil rentan mengalami anemia yaitu kekurangan sel darah merah dalam tubuh. Hal ini disebabkan meningkatnya kebutuhan zat besi dalam tubuh saat hamil. Selain kekurangan zat besi, anemia juga dapat disebabkan karena kekurangan asam folat (vitamin B12). Asam folat berperan dalam pembentukan sel darah merah, perkembangan tabung saraf dan otak janin.
Perbaikan pola asuh
Stunting juga dapat disebabkan oleh pola asuh yang kurang baik serta kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi sebelum dan setelah melahirkan. Berdasarkan PSG 2017, lebih dari 60% bayi tidak mendapat ASI eksklusif.
Asi adalah makanan terbaik dan memiliki kandungan gizi yang lengkap untuk tumbuh kembang anak selama 6 bulan pertama. Memasuki usia diatas 6 bulan, anak dapat diperkenalkan dengan MP Asi yaitu makanan pendamping ASI yang berfungsi untuk melengkapi kecupakan gizi anak. Asi tetap dilanjutkan hingga usia 2 tahun.
Stunting juga dapat disebabkan oleh pola asuh yang kurang baik serta kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi sebelum dan setelah melahirkan. Berdasarkan PSG 2017, lebih dari 60% bayi tidak mendapat ASI eksklusif.
Asi adalah makanan terbaik dan memiliki kandungan gizi yang lengkap untuk tumbuh kembang anak selama 6 bulan pertama. Memasuki usia diatas 6 bulan, anak dapat diperkenalkan dengan MP Asi yaitu makanan pendamping ASI yang berfungsi untuk melengkapi kecupakan gizi anak. Asi tetap dilanjutkan hingga usia 2 tahun.
Untuk dapat berhasil dalam pemberian asi, ibu membutuhkan dukungan dari orang-orang disekitarnya terutama suami. Seorang suami dapat memberikan dukungannya dengan berpartisipasi meringankan beban seorang ibu sepeti menggendong anak, meyiapkan MP ASI serta mendengar keluhan dan tetap memberikan motivasi kepada istri.
Peningkatan sanitasi
Untuk mencegah Stunting tidak hanya dengan memperbaiki pola makan dan pola asuh tetapi juga perlu meningkatkan kebersihan lingkungan. Sanitasi yang buruk dapat meningkatkan risiko penyakit infeksi. Bila anak mengalami penyakit infeksi maka makanan yang dikonsumsi tidak dapat dicerna dan diserap dengan baik di dalam tubuh. Hal ini akan mengakibatkan asupan gizi anak tidak terpenuhi.
Untuk mencegah Stunting tidak hanya dengan memperbaiki pola makan dan pola asuh tetapi juga perlu meningkatkan kebersihan lingkungan. Sanitasi yang buruk dapat meningkatkan risiko penyakit infeksi. Bila anak mengalami penyakit infeksi maka makanan yang dikonsumsi tidak dapat dicerna dan diserap dengan baik di dalam tubuh. Hal ini akan mengakibatkan asupan gizi anak tidak terpenuhi.
Komentar
Posting Komentar